Cinta dan Remaja - KAHLIL GIBRAN

Posted by Puisi Cinta Romantis


Seorang remaja dalam fajar kehidupan duduk diatas mejanya disebuah rumah sepi. Ditatapnya pemandangan luar lewat kaca jendela kamarnya, di luar langit ditaburin bintang gemintang yang gemerlapan, hingar bingar warna menyala, kemudian ia balik memandang lukisan seorang perawan, yang ia pegang di tangannya. Gadis dan warnanya adalah jasa dari seorang guru, terefleksi dalam pikiran anak muda dan lukisan itu membukakan padanya rahasia Dunia dan misteri Keabadian.
Lukisan perempuan itu memanggil sang remaja, dan dalam sekejap matanya terpaut ke telinga gambar tadi, sehingga dia mengerti bahwa bahasa jiwalah yang kini bermain diseluruh sudut ruangan sampai hatinya menjadi layu dengan cinta.
Demikianlah detik demi detik berlalu seolah hanya suatu peristiwa dari mimpi yang terindah, atau hanya satu tahun dalam kehidupan Abadi.
Lalu sang remaja itu menyimpan lukisan itu dihadapannya, kemudian mengambil penanya, dan menuangkan perasaan hatinya diatas perkamen :
"Kekasih tambatan hatiku! Kebenaran Agung telah mentransendensikan Alam yang tak berlalu dari satu wujud ke wujud yang lain melalui bahasa manusia. Kebenaran memilih kebisuan sebagai jalan termudah untuk menyampaikan sebuah makna bagi hati yang penuh cinta.
Aku tau bahwa kebisuan malam adalah utusan yang paling berjasa diantara dua hati, karena dia mengemban pesan Cinta dan membawakan mazbur dua hati kita. Sebagaimana Tuhan membuat jiwa-jiwa kita sebagai tawanan bagi tubuh kita, demikian pula Cinta membuatku sebagai tawanan dari kata-kata dan bahasa.
Mereka berkata, Oh Kekasihku, Cinta adalah bara api yang melalap hati manusia. Aku teringat suatu awal kali berjumpa denganmu, lalu kau kukenal selama bertahun-tahun lamanya, dan aku teringat walau perpisahan akan tiba, karena perpisahan tak akan sanggup memisahkan cinta kita.
Pandangan pertamaku bukannya kebenaran pertama. Waktu dimana hati kita bertemu telah menguatkan akan kepercayaan pada keabadian dan kekekalan Jiwa.
Saat Alam Semesta menggangkat terudung dari dia yang percaya pada ketertindasan dirinya, dan menuturkan kepadanya keadilan abadi.
Apakah kamu ingat saat di tepi aliran sungai, kita duduk dan saling memandang, Kekasih ? Apakah kau sadar, saat itu mata mu bercakap padaku bahwa cinta yang kau jalin bersamaku tidak lahir dari rasa iba akan kerendahan diriku namun berasal dari keadilan? Dan sekarang aku dapat mensabdakan pada diriku dan pada dunia bahwa pemberian yang berasal dari keadilan sang kekasih jauh lebih agung dari semua pemberian yang berasal dari sumber derma.
Dan aku dapat mengatakan juga Cinta yang merupakan anak-anak kesempatan adalah laksana air busuk dirawa-rawa.
Kekasih, sebelum aku membentangkan sebuah kehidupan yang dapat aku bungkus dalam keagungan dan keindahan sebuah kehidupan yang bermula dari pertemuan pertama kita, dan berakhir dengan keabdian.
Karena aku yakin bahwa ia ada dalam dirimu untuk membawa kekuatan yang tuhan berikan padaku, untuk di wujudkan dalam kata-kata dan tingkah laku yang mulia, bahkan seolah matahari yang membawa kehidupan bagi kembang-kembang yang semerbak mewangi di taman.
Demikianlah, cintaku padamu akan terus bersemi, Abadi selamanya".
Sang remaja itu bangkit lalu berjalan pelan-pelan penuh hormat melewati ruangan. Kali ini ia kembali melayangkan pandangan matanya melalui kaca jendela cahaya bulan purnama yang muncul diatas Cakrawala dan menghiasi langit luas dengan cahayanya yang lembut.
Kemudian ia kembali kemejanya dan menulis dan menulis :
"Maafkan aku, kekasihku, karena aku berbicara padamu dalam orang kedua. Karena engkau adalah diriku yang lain, Cantik. Kau lah belahan jiwa, yang tak pernah aku miliki sejak aku dilahirkan oleh tangan rahasia Tuhan. Maafkan aku Kekasihku".

Related Post



Post a Comment

Silahkan Berkomentar